Jumat, 16 Juli 2010


“Alaa laa tanalul ngilma illa bisittatin,
Saunbi kangan majmuungiha bi bayani
Dzukain, wa khirsin, wastibarin, wabulghotin, wairsyadziustadin wa thulizzamaani”.

    Kalimat diatas merupakan penggalan syair dari kitab ta’limul muta’alim karya syeh azzarnuji, sebuah kitab yang sangat bagus dan kaya muatannya tentang etika dan motivasi belajar bagi santri atau murid. Kitab yang menjadi rujukan bagi para santri atau murid di lembaga pesantren ini telah di tulis ratusan tahun yang lalu tetapi isinya selalu tetap hangat (aktual) dan sesuai (relevan) sepanjang zaman sebagai pegangan bagi siapa saja yang sedang belajar dan menjadi murid.

    Kata murid berasal dari bahasa arab muridun yang berarti orang yang sedang ingin meraih sesuatu. Tentunya hikmah kata mutiara isi syair tersebut diatas juga sangat penting sekali menjadi pegangan bagi seluruh santri.

    Menurut syekh Darnuji ada enam kunci utama untuk meraih kesuksesan sejati ketika seorang pelajar/santri yang sedang belajar, kunci pertama: dzukain (sifat cerdas), artinya bahwa semua murid sebagai manusia ciptaan Allah SWT telah di bekali akal, dan hati dengan segala potensinya. Seorang murid yang cemerlang akan memanfaatkan kecerdasan itu dengan semaksimal mungkin selama belajar, sehingga secara sempurna meraih dan memiliki kecerdasan yang seimbang antara kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosinal.

    Kunci kedua yaitu hirsin (sifat rasa ingin tahu), maksudnya adalah santri harus memiliki sifat selalu kurang dan selalu ingin menutupi rasa kurang tersebut dengan belajar (mutholangah), dengan demikian seorang santri harus selalu merasa dan menyadari dirinya belum bisa yang dalam bahasa jawanya grangsang, maksudnya adalah bahwa murid harus memiliki sifat selalu kurang dan selalu ingin menutupi kekurangan tersebut dengan cara belajar. Dengan demikian , seorang murid tidak pernah merasa puas dalam belajar dan menuntut ilmu dalam berbagai bidang. Seorang murid harus selalu yakin bahwa semakin lama belajar tentang suatu ilmu maka ilmu itu semakin luas, dan merasa masih sangat sedikit ilmu yang diperolehnya. Maka tak salah bila ada pepatah mengatakan “Di atas langit masih ada langit”, dan seorang murid harus percaya dengan firmanNYA: “Subhanaka la ‘ilmalana illa ‘allamtana”. Ilmu Allah SWT sangat luas dan tidak terbatas. Karena itu , kewajiban seorang santri adalah selalu berupaya belajar dan mencari ilmu seluas-luasnya.

   Kunci ketiga yaitu wastibarin (sungguh-sungguh dengan penuh sabar), dengan sifat sungguh-sungguh seorang murid pasti akan mencapai tujuan dalam belajarnya. Kesungguhan dan keteguhan hati menjadi modal dan penyemangat dalam setiap detik proses belajar seorang murid. Belajar, menurut para ahli adalah proses mengalami dengan ditandai perubahan pada diri seorang. Maka, dengan sifat kesungguhan ini seorang murid akan meraih dan merasakan beban yang luar biasa dalam dirinya dalam waktu tertentu. Namun, kesungguhan dan keteguhan ini akan lebih sempurna bila disertai dengan kesabaran. Artinya, seorang dalam proses belajar harus sungguh sungguh dan teguh hati, tetapi diikuti dengan sifat sabar, karena sifat sabar akan senantiasa membimbing hati, baik dalam keberhasilan ataupun kegagalan belajar, seandainya gagal pun, dengan sifat sabar murid tidak akan putus asa dalam belajar.

    Kunci keempat, wa bulghotin (adanya beka), bekal yang dimaksud di sini adalah bekal berupa berbagai kebutuhan dan sarana yang diperlukan untuk menunjang proses seorang murid dapat belajar dengan mudah dan lancar. Tentu setiap murid memiliki perbedaan dalam hal ini, karena sangat tergantung kepada kemampuan setiap murid dan wali murid serta fasilitas yang disediakan oleh lembaga penyelenggara pendikan. Sesuai dengan situasi dan kondisinya, seorang murid sudah semestinya memanfaatkan fasilitas yang dimilikinya dan yang tersedia untuk mendukung kesungguhan dalam belajarnya.

   Kunci kelima, wa suhbati ustadzi (Dekat dengan guru). Mengapa dekat dengan guru menjadi kunci sukses belajar? ya, karena mereka adalah hamba hamba Allah SWT yang telah diberikan ilmu dan hidayah yang menjadi motifator (penyemangat) dan fasilitator (perantara) serta transformator (pewaris ilmu) untuk diikuti murid. Para guru dan mereka semua yang telah menyalurkan ilmunya kepada generasi seterusnya adalah pewaris nabi Muhammad SAW seperti keterangan ini "Al-‘ulama warotsatul anbiya’". Karena itu, seorang murid akan berhasil meraih ilmu yang bermanfa’at apabila ia bersikap tawadu’, hormat, dan taat serta dekat dengan guru semata-mata ingin meraih ilmu yang bermanfa’at dan selanjutnya diamalkan dalam kehidupanya untuk meraih kebahagiaan didunia dan diakherat.

    Kunci keenam, wa tuli zamanin (perlu waktu lama untuk belajar), belajar adalah proses mencapai tujuan atau cita-cita yang diinginkan murid, dimana ia pasti perlu waktu yang cukup untuk sampai pada tujuan itu. Karena itu, setiap murid harus menyadari dari awal tentang perlunya waktu yang cukup untuk setiap proses mencapai tujuanya.
     Demikianlah enam kunci yang sangat penting bagi setiap murid untuk dijadikan sebagai pemandu diri selama mengikuti setiap tahapan dalam belajar pada jenjang pendidikan manapun juga.

1 komentar:

By; Dunia Nasehat Islam

Assalamu'alikum Wr. Wb
Terimakasih Anda telah berbagi kepada kami, komentara anda sangat berharga bagi kami, semoga dapat kami membangaun dan menambah ilmu dan wawasan kami dan dapat kami aplikasikan dengan sebaik mungkin.
Wssalamu'alikum Wr. Wb